Menurut hasil penelitian dari program Research on Improvement of System Education (RISE), disebutkan bahwa Indonesia sedang berada dalam kondisi darurat matematika. Sehingga membuat pendidikan di negara Indonesia terus menjadi sorotan.
Bagaimana tidak, pasalnya kemampuan siswa dalam memecahkan soal matematika sederhana saja tidak berbeda jauh antara siswa SD dengan siswa yang sudah tamat SMA. Tentu hal ini dikhawatirkan berdampak pada kemampuan anak-anak dalam berpikir dan bernalar, serta menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Apabila dibiarkan, generasi emas Indonesia terancam gagal membangun peradaban di masa yang akan datang.
Kok Bisa? Apa sih penyebabnya?
Kebanyakan siswa merasa bahwa matematika merupakan momok yang sangat ditakuti di dalam pelajaran, terlebih lagi baru sekedar melihat soal matematika pun beberapa siswa akan langsung mengeluh karena dirasa rumit dan sulit. rumitnya pelajaran matematika dalam hal mencari jawaban dengan penggunaan rumus yang panjang, penggunaan simbol-simbol dan membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Sehingga anggapan siswa tentang matematika adalah pelajaran yang sangat sulit.
Selain itu ketakutan yang sebenarnya dari pelajaran matematika adalah para siswa takut jika jawaban yang didapatkannya salah, karena jawaban yang salah berarti kegagalan sehingga siswa dituntut untuk selalu bisa memberikan jawaban yang benar.
Seharusnya siswa paham bahwa jawaban yang salah bukanlah suatu kegagalan, justru malah bisa membuat siswa lebih memahami konsep matematika dan menganalisis pikirannya.
Oleh sebab itu, pelajaran matematika ini di anjurkan dan hukumnya wajib bagi seluruh rakyat Indonesia terlebih lagi pada jenjang-jenjang pendidikan. Hal ini dilakukan oleh pemerintah guna melahirkan generasi emas yang ahli dalam bidang matematika. Tetapi sangat disayangkan bahwa kenyataannya Indonesia cuma mempunyai kurang-lebih dua puluh orang pakar matematika dari dua ratus dua puluh juta jiwa penduduk Indonesia.
Lantas bagaimana tentang generasi emas kita yang di gadang-gadang mampu membangun peradaban di masa yang akan datang? Apakah kita sebagai masyarakat mesti menunggu hingga abad ke-31 hanya untuk membuktikannya? Berikan pendapatmu di kolom komentar.
No comments