Saya yakin teman-teman pastinya sudah gak asing lagi dengan film yang berjudul The Chronicles of Narnia. Namun kalau kalian merasa asing dengan film yang cukup memorable ini, berarti kita gak jodoh seumuran.
Kalaupun merasa asing dengan judulnya, setidaknya kalian pasti ingat sekilas dengan film yang menceritakan tentang petualangan 4 saudara di Negeri fantasi bernama Narnia. Kalau masih gak tau juga, mendingan simak artikel ini barangkali teringat lagi terus jadi kepengen nonton ulang.
Sebelum kita masuk ke pembahasan utama, saya akan mengenalkan sedikit tentang serial yang satu ini, karena tak menutup kemungkinan masih banyak dari teman-teman yang mungkin sama sekali gak tahu menahu tentang film yang menurut saya sangat amat epic ini.
The Chronicles of Narnia merupakan film yang diadaptasi dari novel karya Clive Stapies Lewis atau biasa dikenal dengan C.S. Lewis. Dari tujuh buku yang diterbitkan, baru tiga judul yang diangkat menjadi film layar lebar, yaitu The Chronicles of Narnia - The Lion, The Witch, and The Wardrobe (2005), The Chronicles of Narnia - Prince Caspian (2008), dan The Chronicles of Narnia - The Voyage of The Dawn Treader (2010).
Ketiganya sudah berkali-kali ditayangkan di tv Indonesia, baik itu di channel Global TV, Trans TV, maupun RCTI. Sayangnya semakin kesini, film Narnia sudah jarang sekali diputar di stasiun televisi nasional.
Namun pada kesempatan kali ini saya gak akan membahas secara tuntas mengenai film maupun novelnya. Di artikel ini saya hanya akan membahas sedikit saja tentang The Chronicles of Narnia, sekaligus mengajak teman-teman untuk kembali bernostalgia dengan series yang sangat saya favoritkan ini.
Garis besar cerita The Chronicles of Narnia
Sesuai dengan judulnya, The Chronicles of Narnia pada dasarnya berfokus tentang kisah di sebuah Negeri fantasi bernama Narnia. Yang namanya Negeri fantasi tentu tak lepas dari kemunculan makhluk-makhluk humanoid berperawakan unik.
Sama halnya di Narnia, yang mayoritas dihuni oleh makhluk-makhluk aneh, seperti hewan yang bisa bicara, Centaur, Faun, Dryard, Minotaur, dan lain sebagainya. Meskipun berbeda-beda jenis dan ras, mereka semua tunduk kepada seekor singa jantan bernama Aslan.
Walaupun berlatar di Narnia, tapi tokoh utama pada cerita ini justru berasal dari dunia manusia. Disinilah letak keseruan series yang satu ini, sebab keempat tokoh utama yaitu Pevensie bersaudara (Peter, Susan, Edmund, dan Lucy) dipanggil ke Narnia dan mendapat tugas menyelamatkan Negeri fantasi tersebut.
Namun jangan harap kamu akan melihat keempat saudara ini mengeluarkan kemampuan magis ala-ala Harry Potter atau The Lord of The Rings, sebab mereka hanya dibekali dengan sebuah senjata tanpa adanya kekuatan tersembunyi.
Hal tersebut tentunya bukan masalah besar bagi saya yang kala itu masih cukup muda. Karena untuk ukuran anak-anak, menyaksikan film yang menampilkan perang besar antar dua kubu merupakan hal paling epic.
Terlebih lagi seperti yang sudah saya bilang di atas, dimana kubu Narnia memiliki berbagai macam makhluk humanoid yang membuat mereka terlihat tak terkalahkan. Sayangnya kalau kamu juga berpikir demikian maka kamu salah besar. Sebab ada beberapa faktor penentu kemenangan di dalam cerita ini, yaitu strategi, jumlah pasukan, persenjataan, dan Aslan.
Pesan tersirat dari film The Chronicles of Narnia
Tapi perlu diingat bahwa peperangan gak selalu jadi poin utama dari The Chronicles of Narnia series, bahkan di film ketiga yang berjudul The Voyage of The Dawn Treader, kita sama sekali tidak diperlihatkan scene peperangan. Malahan tema yang diusung justru lebih ke petualangan bajak laut.
Namun setelah saya cukup dewasa dan menonton ulang serial ini, ternyata ada makna tersirat yang C.S. Lewis sampaikan dalam karyanya tersebut. Meskipun tema yang diusung adalah fantasi yang targetnya anak-anak, nyatanya series ini justru sangat populer di semua kalangan, sebab karya tersebut bersifat universal dan bisa dinikmati siapa saja tanpa terkecuali.
Sayangnya gak semua anak-anak bisa mencerna maksud yang ingin disampaikan oleh C.S. Lewis itu sendiri. Saya pun butuh waktu cukup lama untuk dapat menemukan pesan yang benar-benar ingin disampaikan oleh sang penulis, itu pun setelah saya membaca beberapa artikel serta menjelajahi berbagai fandom Narnia.
Menurut informasi yang saya dapatkan, bahwa keseluruhan cerita Narnia membahas tentang Kristus. Bahkan sang penulis, C.S. Lewis, juga mengatakan bahwa Aslan digambarkan sebagai makhluk yang memberikan jawaban imajiner terhadap sosok Kristus di dalam dunia fantasi Narnia. Maka gak heran kalau sosok Aslan punya sifat bijaksana dan sangat dihormati oleh seluruh penduduk Narnia.
Sedangkan keempat anak-anak yang dipanggil ke Narnia digambarkan sebagai manusia yang masih dalam perjalanan spiritual. Pada film ketiganya The Voyage of The Dawn Treader, Aslan mengatakan kalau dia punya nama lain di dunia manusia. Ini menjelaskan mengapa ketika anak-anak tersebut sudah beranjak dewasa, mereka sudah gak bisa lagi pergi ke Narnia. Sebab secara logisnya kalau mereka telah mengenal sosok Aslan yang sesungguhnya, mereka sudah gak perlu lagi dituntun secara langsung (dipanggil ke Narnia).
Penutup
Terlepas dari pesan tersirat yang ingin penulis sampaikan, The Chronicles of Narnia tetap menjadi serial fantasi yang layak untuk dinikmati tanpa harus mendalami inti ceritanya. Sampai sekarang series ini menjadi salah satu favorit saya dan sangat direkomendasikan untuk ditonton.
Di tahun 2018 saya sempat excited ketika mendengar kabar tentang film keempat yang sudah siap digarap. Sayangnya penantian panjang saya akan sekuel Narnia ini batal terwujud, setelah munculnya masalah produksi yang terkait hak cipta serta perbedaan pendapat antara Walden Media dan pihak C.S. Lewis.
Alhasil harapan untuk film-film Narnia selanjutnya sudah terkubur dalam-dalam. Meski begitu, di tahun 2024, Netflix dikabarkan akan mengambil alih adaptasi serial The Chronicles of Narnia yang akan terdiri dari beberapa film dan serial tv. Entah ini akan menjadi pertanda baik atau buruk, saya hanya bisa menantikannya.
Nah, buat kamu yang masih asing dengan The Chronicles of Narnia, saya sangat merekomendasikan series yang satu ini. Kamu bisa menonton film adaptasi sebelumnya, atau membaca buku novelnya. Namun saya sarankan keduanya, sebab plot dan cerita yang diangkat ke film kurang kompleks dan sedikit berbeda dengan yang ada di novel. Dan juga dengan membaca bukunya maka imajinasi kamu terhadap dunia Narnia akan berbeda dibandingkan dengan yang ada di film.
No comments