Credit : detik.com |
Kalau berbicara soal pandemi, pastinya hanya sebuah kecemasan dan keresahan yang terpikirkan di benak banyak orang. Pasalnya, sampai hari ini tak sedikit orang yang pernah terjangkit virus corona, bahkan sampai meregang nyawa. Selain itu, pandemi juga memberikan dampak di berbagai sektor, salah satunya perekonomian. Alhasil eksistensi virus corona menjadi sebuah mimpi buruk yang saya pikir tidak akan pernah bisa terlupakan sampai kapan pun.
Walau begitu, saat ini sudah ada beberapa negara yang terbebas dari penggunaan masker. Bahkan di beberapa kompetisi sepak bola Eropa, stadion sudah kembali di padati oleh para suporter. Sebagai penggemar sepak bola, tentunya saya merasa iri melihat hal tersebut. Namun bersamaan dengan itu, saya turut merasa senang karena pada dasarnya situasi pandemi memang bisa diatasi, walaupun para pakar sudah menegaskan bahwa virus corona tidak akan hilang sepenuhnya.
Meski begitu, semua orang pastinya ingin merasakan kemerdekaan dari pandemi. Sebab selama hampir dua tahun lamanya, virus corona seakan-akan seperti mengawasi gerak-gerik kita dan siap menerkam kapan pun, sehingga membuat ruang gerak setiap orang terbatas. Keadaan tersebut memaksa kita untuk tetap stay at home dan melakukan segala aktivitas dari rumah (pekerjaan dan pembelajaran). Tentu semua sepakat kalau diam dirumah terlalu lama pasti menimbulkan rasa bosan dan jenuh.
Untungnya berbagai upaya penanganan terhadap virus corona selalu dilakukan setiap harinya, dan sekarang kita sedang dalam perjalanan meraih kemerdekaan dari pandemi COVID-19. Berkat gerakan vaksinasi yang gencar dilakukan, sepertinya kita hanya perlu menunggu waktu saja untuk dapat melihat kemerdekaan tersebut benar-benar tercapai.
Karena pandemi bukan berarti harapan berhenti
Selama masa pandemi ini, kita tahu bahwa tak sedikit orang yang mulai merasa kehilangan harapan. Tak cuma itu, mereka juga turut kehilangan ekspektasi, kesempatan, hubungan, bahkan pekerjaan. Alhasil dampak yang ditimbulkan oleh pandemi membuat rasa emosional seseorang meningkat, bahkan tak menutup kemungkinan sampai merubah pola pikirnya.
Contoh misalnya dalam hal pekerjaan. Seperti yang kita tahu, di awal masa penyebaran virus corona, banyak sekali perusahaan yang terpaksa harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ke sebagian karyawannya. Bagi mereka yang bertahan di perusahaan tersebut mungkin bisa bernafas lega, namun bagimana nasib dari orang-orang yang terkena PHK? Tentu hal ini membuat orang tersebut merasa bahwa dirinya memiliki sebuah kekurangan yang membuatnya dapat digantikan (dipecat) dengan mudah. Dengan begitu timbulah perasaan kecewa sehingga membuatnya malah tidak pede, belum lagi ditambah dampak lain dari corona, alhasil beban pikiran pun bertambah.
Saya pun sempat mengalami hal serupa, walaupun masih dalam kategori standar, setidaknya kehilangan sebuah harapan mampu membuat saya hampir putus asa. Namun seiring berjalannya waktu, saya mulai bisa meninggalkan perasaan tersebut, dan mulai memupuk harapan-harapan baru. Memang hal yang wajar jika seseorang merasa putus asa di situasi serba susah seperti sekarang ini, namun sangat tidak wajar jika orang tersebut tak memiliki upaya sedikit pun untuk bisa mengatasi keputusasaannya. Bahkan saya rasa ada banyak sekali hal-hal yang bisa dilakukan terlepas dari kondisi yang dialami akibat pandemi. Pandemi memang membuat segala kegiatan terhenti, namun bukan berarti harapan juga harus ikut berhenti.
Harapan saat merdeka dari pandemi
Nah, daripada kita berlarut-larut dalam keputusasaan, lebih baik kita mulai memupuk kembali harapan saat merdeka dari pandemi. Karena jika melihat situasi sekarang ini, kita cuma perlu selangkah atau dua langkah lagi mencapai kemerdekaan tersebut. Oleh karena itu, saat ini setiap orang setidaknya harus punya harapannya masing-masing. Selain untuk memotivasi diri, memiliki sebuah harapan juga membuat seseorang terus berpikiran positif kedepannya. Sama halnya seperti saya yang punya harapan tersendiri apabila kita terbebas dari pandemi COVID-19. Adapun beberapa harapan saya di antaranya:
1. Kembalinya budaya mudik lebaran
Dokumentasi pribadi : mudik lebaran tahun 2019 |
Sejak pertama kali dilanda pandemi COVID-19, kita sudah tidak pernah lagi melihat adanya kemeriahan dalam perayaan hari-hari besar (kecuali oknum nakal yang tidak menaati peraturan). Saya sendiri sudah dua tahun tidak pergi mudik lebaran karena adanya larangan dari pemerintah. Memang hal tersebut cukup mengecewakan, disisi lain saya merasa kesehatan masih jauh lebih penting. Sehingga bukan masalah bagi saya jika tidak bisa mudik lebaran. Namun lain ceritanya bagi mereka yang masih anak-anak.
Bagi kebanyakan anak kecil, lebaran menjadi sebuah momen yang sangat ditunggu-tunggu, termasuk dalam perayaan hari besar lainnya. Bahkan momen hari raya disaat saya kecil menjadi sebuah kenangan manis yang takkan pernah terlupakan sampai kapan pun. Tentu bisa dibayangkan bagaimana perasaan anak-anak dalam satu tahun kebelakang yang tidak bisa menikmati momen tersebut. Sehingga saya sangat berharap kita bisa menikamti kembali kemeriahan di hari raya setelah merdeka dari pandemi nanti.
2. Bisa pergi traveling dengan bebas
Dokumentasi pribadi : saat saya mengujungi salah satu pantai di Lampung |
Sebagai orang yang senang berpergian (traveling), saya sangat amat rindu mengunjungi tempat-tempat wisata dan rekreasi. Bulan Januari 2020 kemarin menjadi kali terakhir saya pergi ke tempat wisata. Meskipun senang berpergian, saya belum berani menganggap diri saya sebagai anak traveler, sebab jarak traveling saya belum begitu jauh, masih dalam satu Provinsi saja. Bahkan saat melihat beberapa teman Traveler Blogger, saya sedikit minder jika harus mengaku punya hobi traveling.
Meski begitu, selama pandemi ini saya sudah memikirkan beberapa tempat yang ingin saya kunjungi apabila keadaan ini berhasil dilewati. Bahkan saya rasa bukan cuma soal traveling saja, teman-teman juga pastinya mengharapkan kemerdekaan dari pandemi supaya bisa pergi ke tempat-tempat umum dengan bebas tanpa harus takut terjangkit virus corona.
3. Pulihnya perekonomian
Jujur saja, selama pandemi ini perekonomian keluarga saya bisa dibilang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Padahal sebelumnya kami bisa dibilang hidup berkecukupan, tidak kurang dan tidak lebih. Namun terbukti bahwa kemunculan virus corona berimbas ke segala bidang, termasuk ekonomi. Saya yakin ada banyak sekali orang diluar sana yang juga mengalami hal serupa.
Dampak di bidang ekonomi dirasakan langsung oleh para karyawan. Tercatat sudah lebih dari 1,5 juta karyawan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Selain itu, tak sedikit pula para pengusaha dan pedagang kecil yang harus gulung tikar karena pendapatannya menurun drastis. Jika berhasil merdeka dari pandemi, tentunya kita semua berharap sektor ekonomi dapat pulih seperti sedia kala atau bahkan lebih baik lagi dibandingkan sebelumnya.
4. Kembalinya atmosfer sepak bola Nasional
Kalau yang ini sih harapan saya secara pribadi. Sebagai penggemar sepak bola Nasional, saya sangat rindu dengan atmosfer stadion yang selalu ramai, disertai teriakan para suporter yang menggelegar. Apalagi kalau sudah menyangkut Tim Nasional (timnas) Indonesia, saya tidak pernah absen sekali pun mendukung mereka, walaupun hanya sebatas nonton di televisi. Di tahun 2020 lalu, saya sudah berniat menyaksikan secara langsung laga kandang Indonesia vs Uni Emirat Arab (UEA) dalam pertandingan ronde ke-2 kualifikasi Piala Dunia 2022.
Saat itu saya sudah berencana untuk traveling dari Lampung ke Jakarta, demi bisa menyaksikan laga tersebut, yang harusnya berlangsung pada bulan Maret 2020 di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Namun pandemi mengubah segalanya, hingga pada akhirnya jadwal pertandingan diundur setahun kemudian dan venue pertandingan batal digelar di Indonesia. Belum lagi skor akhir 5-0 membuat saya tambah kecewa. Setelah pandemi berakhir, saya sangat berharap suporter diperbolehkan lagi memadati stadion, sehingga atmosfer sepak bola bisa kembali lagi seperti beberapa tahun lalu.
5. Berakhirnya metode daring
Sejak awal masa pandemi, sosial media selalu ramai dengan tagar Work From Home (WFH). Hal ini dikarenakan pemerintah menganjurkan segala aktivitas, seperti pekerjaan dan pembelajaran dilakukan secara online (daring). Tentunya ini bertujuan untuk meminimalisir tingkat penyebaran virus corona di lingkungan sekitar kita. WFH memang menjadi sebuah solusi di masa pandemi, namun tak sedikit pula yang menganggapnya sebagai sebuah masalah.
Kenapa dikatakan sebuah masalah? Dari pengalaman saya sendiri misalnya, sebagai mahasiswa, saya sering sekali mengalami kendala teknis maupun non teknis ketika mengikuti kuliah daring. Alhasil saya pun sering ketinggalan pelajaran, sehingga membuat nilai saya merosot dari semester sebelumnya. Tentunya hal ini cukup merugikan, dan saya yakin pasti beberapa dari teman-teman pun mengalami hal serupa. Pada akhirnya semua berharap metode pembelajaran secara luring (tatap muka) dapat kembali terlaksana. Bahkan saat ini beberapa sekolah dan universitas di daerah saya sudah mulai kembali menerapkan metode pembelajaran tatap muka, semoga saja ini bisa terus bertahan hingga kedepannya.
Akhir kata
Setelah merdeka dari pandemi, pastinya keadaan tidak akan sama seratus persen seperti saat sebelum ada pandemi. Oleh karena itulah kita perlu memupuk harapan-harapan baru supaya kita terus semangat dan optimis kedepannya. Tentunya harapan saya bukan cuma sebatas itu saja, namun sepertinya beberapa harapan diatas sudah cukup untuk menggambarkan betapa inginnya saya melihat Indonesia merdeka dari pandemi. Sebab selama pandemi ini banyak sekali berita duka yang sering kita dengar dari berbagai media. Saya sendiri sangat bersyukur, karena sampai detik ini masih diberi kesehatan jasmani dan rohani. Dan buat teman-teman yang masih larut dalam keputusasaan, saya sangat berharap kalian dapat menemukan harapan baru setelah membaca artikel ini.
11 comments
bener banget.. mahasiswa di beberapa jurusan masih terselamatkan dengan matkul praktikum yang mengharuskan pembelajaran secara luring hehehe..
1. udah 2 kali lebaran nggak Mudik , klo sampen jadi 3 kayak bang toyib nanti sya.
2. Siapa sih gak kepengin traveling, profitnya banyak kan selain nambah konten blog, dan lain sebagainya.
3. ya ini kebutuhan ya
4. gak begitu susah gak lihat timnas, tapi saya lihat alasannya ya menarik nih. Konten blog lagi kan. berpergian lagi kan buat liputan. eh bisa lihat dari tv heheh
5. Klo kerjaan saya dah lama WFO mas Afif, daring pun gak masalah, tapi gak ketemu temen itu juga buat kerinduan tersendiri ya. kalau alasannya masalh teknis, kayak internet dan diganggu orang-orang rumah kayaknya juga cukup membuat kerjaan malah menumpuk ya