Sepertinya tahun ini menjadi tahunnya drama korea. Sebab sejak bulan Januari, banyak sekali drakor bagus yang tayang menemani kita hingga saat ini. Namun gak hanya drakor, banyak juga film korea yang tayang di tahun ini, salah satunya seperti film yang berjudul I (Child).
Film ini disutradarai oleh Kim Hyun-tak, dan tayang pada bulan Februari lalu. Saya sendiri sudah menanti-nantikan film yang satu ini, sebab dibintangi oleh aktris favorit saya hehe. Dari poster dan sinopsisnya, sudah bisa ketebak kalau film ini gak ada unsur romantisnya sama sekali. Lantas seperti apa sih filmnya? Yuk simak ulasannya di bawah ini.
Sinopsis
A-Young diperankan oleh Kim Hyang-Gi, merupakan seorang gadis remaja yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan. Namun dia harus pindah dari panti asuhan karena usianya mulai beranjak remaja. Ia kini tinggal bersama salah satu temannya dan mengambil jurusan pendidikan anak. Demi menghidupi dirinya sendiri, dia melakukan berbagai pekerjaan paruh waktu. Suatu hari, dia mendapat pekerjaan baru sebagai babysitter dan mengurus bayi laki-laki bernama Hyeok.
Young-Chae diperankan oleh Ryoo Hyoun-Kyoung, adalah seorang single mother yang bekerja di sebuah bar. Dia telah memutuskan untuk membesarkan Hyeok apa pun yang terjadi. Namun minimnya pengalaman dalam mengurus seorang anak membuat dia frustasi. Hadirnya A-Young membuat Young-Chae kembali merasakan hidup bebas dan menjalani kehidupan normal. Namun suatu hari, Hyeok mengalami sebuah kecelakaan yang membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit. Young-Chae melemparkan semua kesalahan pada A-Young.
Dibintangi aktris cantik Kim Hyang-Gi
Alasan utama saya menonton film ini tak lain karena dibintangi oleh aktris cantik, Kim Hyang-Gi, yang berperan sebagai tokoh utamanya. Saya pertama kali mengenal aktris ini saat dia membintangi drama At Eighteen yang tayang pada tahun 2019 silam. Saat itu dia berperan sebagai karakter utama wanita bernama Yoo Soo-Bin. Nah di tahun ini Kim Hyang-Gi juga kembali memerankan tokoh utama wanita dalam serial drama barunya yang berjudul "Fly High, Butterfly" yang tayang sejak 24 Agustus kemarin.
Memperlihatkan sisi gelap Korea Selatan
Film ini benar-benar nggak memperlihatkan hal indah sama sekali, setidaknya untuk saya. Sebab di sepanjang film kita hanya diperlihatkan dengan sisi gelap dari Korea Selatan. Mulai dari kesenjangan sosial, pekerja bar ilegal, wanita penghibur, hingga perdagangan anak dibawah umur.
Dan scene yang paling menyayat hati yaitu ketika teman laki-laki A-Young yang suka meminjam uang meninggal. Ia dianggap bunuh diri, dan dikremasi tanpa bisa didampingi oleh A-Yong dan teman-temannya. Hal ini dikarenakan statusnya sebagai yatim piatu, sehingga dianggap gak memiliki keluarga. Padahal mereka merupakan keluarga, walaupun gak sedarah, namun mereka besar di panti asuhan yang sama.
Alur cerita kurang komplek
Dengan durasi film 1 jam 50 menitan, penonton sama sekali gak diperlihatkan flashback masa lalu A-Young beserta teman-temannya saat masih di panti asuhan. Atau masa lalu Young-Chae yang juga gak diceritakan, seperti mengenai siapa sosok ayah dari Hyeok, serta cerita tentang perjalanan hidupnya.
Secara garis besar, alur cerita pada film I berlatar di masa "sekarang" dan hanya berfokus pada sudut pandang Ah-Yong sebagai seorang babysitter saja, sehingga kita nggak tahu apa yang terjadi dengan karakter pendukung lainnya, khususnya mengenai penyebab meninggalnya teman laki-laki Ah-Yong. Bahkan Young-Chae yang sejatinya merupakan karakter utama kedua pun mendapat porsi scene yang cukup minim.
Menghadapi situasi sulit tanpa ending yang manis
Sejak awal, film ini sudah memperlihatkan situasi sulit nan menyedihkan yang dialami kedua tokoh utama. Konflik yang dialami oleh Ah-Yong dan Young-Chae benar-benar didasarkan pada konflik di dunia nyata. Alhasil secara logika, memang sulit untuk menyajikan akhir yang benar-benar bahagia bagi keduanya, karena akan terkesan dipaksakan. Satu-satunya ending manis dalam film ini adalah kembalinya Hyeok ke tangan mereka berdua, setelah sebelumnya Young-Chae sempat menjual anak laki-laki kesayanganya tersebut.
Penutup
Pada akhirnya film I memang ditujukan untuk kamu yang ingin menonton sebuah film dengan cerita ringan, namun tetap memiliki makna dibaliknya. Bahkan saya rasa siapapun yang menonton ini mampu meresapi alur ceritanya dengan mudah, apalagi tema tentang kesenjangan sosial seperti ini memang sudah realistis sekali, khususnya di lingkungan sekitar kita.
Kamu bisa menonton film ini lewat aplikasi VIU dengan subtitle Indonesia, opsi lainnya kamu bisa menonton secara streaming atau download di website penyedia film dan drama korea. Namun saya rasa agak sulit menemukannya, bahkan saya sendiri perlu usaha ekstra untuk mendapatkan link downloadnya, itu pun kualitasnya mentok di 480p. Tapi kalau kamu mau versi downloadnya silahkan komentar di bawah, nanti akan saya upload ke Google Drive.
12 comments
Ceritanya gini simpel tapi menyentuh hati, jagoan emang sinema Korea kalau mengemas realita kaya gini.
tapi banyak drama yang juga kurang komplek
Selama ini kan seringnya menonton sisi manis Korea Selatan. Nah kalau menemukan tontonan yang menyajikan sisi lain, benar-benar bikin penasaran.
Kudu siapin tisu juga pas nonton ini ya? Banyak adegan yang bikin nangis, kah?