Pengetahuan

Udah Gede Suka Koleksi Mainan, Inner Child atau Kidult?

Afif Dalma
February 12, 2024
14 Comments
Home
Pengetahuan
Udah Gede Suka Koleksi Mainan, Inner Child atau Kidult?

Dalam beberapa waktu kebelakang, istilah Inner Child cukup ramai diperbincangkan oleh netizen. Istilah ini viral lewat video yang diunggah di aplikasi TikTok. Alhasil banyak orang yang penasaran dan mencari tahu apa itu Inner Child.

Dikutip dari berbagai sumber, Inner Child merupakan komponen diri yang ada dalam individu dan akan muncul sebagai karakter unik yang dipengaruhi pengalaman masa kecil. Komponen ini memiliki peran untuk membuat individu menjadi orang dewasa yang seimbang dan bahagia.

Setiap orang dewasa tentunya pernah melewati fase menjadi anak-anak. Namun tanpa kita sadari, sifat kanak-kanak yang ada dalam diri seseorang itu masih terus menempel hingga sudah beranjak dewasa. Tentunya Inner Child setiap individu berbeda, sebab tergantung dari pengalaman yang dialami di masa lalu.

Umumnya masa anak-anak berisi campuran peristiwa positif dan negatif. Ingatan-ingatan tentang masa lalu akan menetap hingga seseorang beranjak dewasa dan menjadi salah satu faktor yang membentuk karakter.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Inner Child adalah sebuah perilaku atau sisi kekanak-kanakan yang ada di dalam diri orang dewasa. 

Suka beli mainan termasuk Inner Child?

Walaupun mainan ditargetkan untuk anak-anak, tapi nyatanya tak sedikit orang dewasa yang juga gemar hunting mainan. Entah itu Action Figure, Hot Wheels, Gundam, Lego, atau bahkan Playground masih tetap menjadi hobi sebagian orang dewasa yang seleranya awet muda.

Selain istilah Inner Child yang sedang ramai di internet, jagat maya juga tak ketinggalan dengan istillah kidult atau kid adult. Menurut kamus Cambridge, kidult berarti orang dewasa yang suka melakukan aktivitas atau membeli barang yang ditargetkan untuk anak-anak.

Pada umumnya, hobi yang digeluti para kidult ini tidaklah murah. Bahkan banyak yang merogoh kocek hingga jutaan Rupiah demi bisa mendapatkan wishlist yang sudah menjadi incaran. 

Banyak yang mengaitkan kidult dengan konsep Inner Child, karena mainan merupakan bagian dari masa kanak-kanak. Banyak pula yang menganggap bahwa kidult adalah seseorang yang berusaha mengobati masa kecilnya karena tidak berhasil menemukan kebahagiaan di masa lalu.

Memang tak sedikit orang dewasa yang menjadi kidult untuk memuaskan hasrat masa kecilnya yang belum tersampaikan. Meski begitu, sebagian besar kidult justru adalah mereka yang ingin terus mempertahankan kenangan dan kebahagiaan masa kecilnya. Jadi jangan pukul rata kalau semua orang dewasa yang suka mainan itu karena masa kecil kurang bahagia (MKKB).

Hobi setiap orang itu relatif, tak bisa disamakan

Tak bisa dipungkiri bahwa setiap individu pasti punya hobi masing-masing. Termasuk para orang dewasa yang gemar membeli dan mengoleksi mainan.

Di Indonesia sendiri, komunitas daring pecinta mainan termasuk aktif dan skalanya cukup luas. Beberapa anggotanya pun sering mengadakan gathering untuk saling berbincang mengenai hobi yang sama-sama mereka geluti.

Bahkan kesenangan para kidult akan mainan membawa pengaruh besar terhadap industri mainan. Salah satu artikel CNBC menyebut bahwa kidult menjadi salah satu faktor pendorong utama bagi pertumbuhan industri mainan. 

Para kidult menyumbang seperempat dari total penjualan mainan tiap tahun dengan nilai sekitar $9 miliar. Tentunya hal ini membuat para produsen mainan mulai memperluas jangkauan target konsumen mereka. Bahkan banyak pelaku bisnis yang berlomba menciptakan mainan koleksi yang memang ditujukan untuk para kidult.

Penutup

Jadi dapat disimpulkan bahwa fenomena kidult dan Inner Child itu masih bersinggungan. Dalam hal ini Inner Child identik dengan trauma di masa lalu, sedangkan kidult terjadi karena seseorang ingin terus mempertahankan masa kecilnya.

Meski begitu, untuk menjadi seorang kidult yang hobi membeli mainan itu diperlukan beberapa pertimbangan, salah satunya aspek finansial. Karena seperti yang diketahui, bahwa pasar untuk kidult itu memerlukan budget yang lumayan besar.

Belum lagi kebanyakan mainan koleksi itu diimpor langsung dari luar negeri. Sehingga harganya pun tergolong mahal bagi sebagian orang. Namun bagi para kidult, mainan koleksi menjadi mood booster agar mereka menjadi lebih produktif dan giat di pekerjaannya. 

Sumber gambar: toku-action-figure-news.tumblr.com

Blog authors

Afif Dalma
Afif Dalma
I'm a fast learner individual who loves the world of technology include: digital marketing, graphic design, blogging and programming.

14 comments

  1. Andri Marza
    Andri Marza
    February 19, 2024
    Hehehe. Tak bisa dipungkiri memang, dulu semasa kecil gak bisa beli, dan bahkan ada pun uang, dilarang karena memang ada kebutuhan yang lebih mendesak. Pas gede, jadinya langsung balas dendam dengan beli
  2. Wiwid Nurwidayati
    Wiwid Nurwidayati
    February 18, 2024
    Saya baru tahu istilah kidult ini. Saya rasa nggak masalah sih, mereka mengkoleksi mainan anak-anak. memang benar, bisa jadi saat dulu orangtuanya ngak memiliki finansial yang lebih untuk memenuhi keinginannya. Dan kini, ketika ia memiliki pendapatn sendiri, hobi itu dia salurkan tanpa mengganggu keuangan orangtuanya.
  3. Nurfadhilah Bahar
    Nurfadhilah Bahar
    February 18, 2024
    Kadang ada mainan yang emang harganya mahal banget. Jadinya gak bisa kebeli waktu kecil. Nah setelah dewasa udah bisa menghasilkan uang sendiri, baru deh beli. Menurutku ini sah-sah saja, asalkan tidak merugikan orang lain
  4. Aprillia Ekasari
    Aprillia Ekasari
    February 18, 2024
    Wah aku kalau koleksi mainan gitu termasuk yang mana yaaa. Dibilang inner child gak ada trauma sih. Tapi gak tahu bisa disebut trauma apa gak soalnya kadang emang setelah dewasa aku membeli beberapa barang yang dulu saat kecil belum bisa dibelikan ortuku. Tetapi ya aku gak maksain kudu punya. Kalau beli ya aku pertimbangkan dulu beneran perlu atau gak buat kesenangan. tau deh termasuk yg mana kalau kyk gtu hehehe
  5. Finaira Kara
    Finaira Kara
    February 18, 2024
    Sering denger juga kalimat 'inner child-ku terpenuhi' di media sosial.

    Tapi terlepas dari itu, sebenernya saya juga masih sering 'jajan' kadang cuma yang keliatan lucu dan dulu pas kecil ga bisa beli. Even sesimple jepit rambut seribuan,
  6. Aisyah Dian
    Aisyah Dian
    February 16, 2024
    Aku dulu punya buanyaaak boneka barbie mbak. Sampai endingnya aku lepas satu-satu buat keponakan atau anak teman yang datang ke rumah. Happy saja sih, sekarang sisa 2 boneka yang ada storynya
  7. Naqiyyah Syam
    Naqiyyah Syam
    February 16, 2024
    Kuat-kuatin mental biar gak inner child yang berkelanjutan, aku sih alhamdulillah enggak. Suamiku yang terlihat gejala inner child, enggak ngoleksi sih tapi dalam menyikapi keinginan anak-anak. Misal mau beli barang X, dia bilang deh kalau dulu susah, enggak bisa mendapatkan apa yang dimau, dll.
  8. Allamandawi
    Allamandawi
    February 16, 2024
    Baru tahu nih tentang kidult, nggak pengen ngejudge lewat hobby nya, entah termasuk kidult atau inner child tapi menurutku selama masih nggak berlebihan ya nggak papa asal bahagia.
  9. Susi Susindra
    Susi Susindra
    February 16, 2024
    Kalau saya selalu memasukkan hobi seperti ini sebagai hobi normal yang selalu ada. Berkaitan dengan fitrah manusia yang memang suka "mengumpulkan" untuk memuaskan keinginan. Tentang apa yang dikumpulkan itu tampak pada karakternya dan teman mainnya. Bagus kalau mainan yang dikumpulkan. Ada yang berupa mobil atau istri. Nah....
    Setidaknya perempuan Jawa gen x sejak kecil sudah tahu konsep ini sehingga tak pernah gumun.
  10. Renayku
    Renayku
    February 15, 2024
    Bahasannya seru juga. Kebetulan saya selalu tertarik soal pembahasan inner child & kidult kyk gini walau saya gak punya hobi beli mainan hehe
  11. Show more
  12. Ninin
    Ninin
    February 15, 2024
    Temen-temenku banyak nih yang termasuk kidult, koleksinya ada yang hotwheel, gundam, figuring, dll.. tapi dari hobi bisa menjadi uang juga karena mereka bisnisin juga setelah dewasa....
  13. Feri Nugroho
    Feri Nugroho
    February 15, 2024
    Suka koleksi di usia segitu karena lebih dulu kepengen cuman ada beberapa orang gak mampu beli, dan pas sudah dewasa punya cukup uang seperti ini kesempatan untuk miliki semua pas dulu gak sempat kebeli.
  14. Agustina Purwantini
    Agustina Purwantini
    February 15, 2024
    Sudah gede suka koleksi mainan, yaaa boleh apa sajalah sebutannya. Yang penting duitnya bukan dari nyolong dan enggak ganggu kondiai finansial keluarga. 😄
  15. Nurul Sufitri
    Nurul Sufitri
    February 13, 2024
    Baik inner child maupun kidult itu memang akan selalu melekat pada seseorang. Bisa jadi selain berdasakan hobi, orang akan membeli mainan sebagai 'balas dendam' karena masa kecilnya dulu tak dibelikan mainan yang sangat diinginkan. Kalaupun sebagai hobi benar sekali, harus disesuaikan dengan kemampuan finansial.
Berkomentarlah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan sopan :)