Dalam beberapa waktu kebelakang, istilah Inner Child cukup ramai diperbincangkan oleh netizen. Istilah ini viral lewat video yang diunggah di aplikasi TikTok. Alhasil banyak orang yang penasaran dan mencari tahu apa itu Inner Child.
Dikutip dari berbagai sumber, Inner Child merupakan komponen diri yang ada dalam individu dan akan muncul sebagai karakter unik yang dipengaruhi pengalaman masa kecil. Komponen ini memiliki peran untuk membuat individu menjadi orang dewasa yang seimbang dan bahagia.
Setiap orang dewasa tentunya pernah melewati fase menjadi anak-anak. Namun tanpa kita sadari, sifat kanak-kanak yang ada dalam diri seseorang itu masih terus menempel hingga sudah beranjak dewasa. Tentunya Inner Child setiap individu berbeda, sebab tergantung dari pengalaman yang dialami di masa lalu.
Umumnya masa anak-anak berisi campuran peristiwa positif dan negatif. Ingatan-ingatan tentang masa lalu akan menetap hingga seseorang beranjak dewasa dan menjadi salah satu faktor yang membentuk karakter.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Inner Child adalah sebuah perilaku atau sisi kekanak-kanakan yang ada di dalam diri orang dewasa.
Suka beli mainan termasuk Inner Child?
Walaupun mainan ditargetkan untuk anak-anak, tapi nyatanya tak sedikit orang dewasa yang juga gemar hunting mainan. Entah itu Action Figure, Hot Wheels, Gundam, Lego, atau bahkan Playground masih tetap menjadi hobi sebagian orang dewasa yang seleranya awet muda.
Selain istilah Inner Child yang sedang ramai di internet, jagat maya juga tak ketinggalan dengan istillah kidult atau kid adult. Menurut kamus Cambridge, kidult berarti orang dewasa yang suka melakukan aktivitas atau membeli barang yang ditargetkan untuk anak-anak.
Pada umumnya, hobi yang digeluti para kidult ini tidaklah murah. Bahkan banyak yang merogoh kocek hingga jutaan Rupiah demi bisa mendapatkan wishlist yang sudah menjadi incaran.
Banyak yang mengaitkan kidult dengan konsep Inner Child, karena mainan merupakan bagian dari masa kanak-kanak. Banyak pula yang menganggap bahwa kidult adalah seseorang yang berusaha mengobati masa kecilnya karena tidak berhasil menemukan kebahagiaan di masa lalu.
Memang tak sedikit orang dewasa yang menjadi kidult untuk memuaskan hasrat masa kecilnya yang belum tersampaikan. Meski begitu, sebagian besar kidult justru adalah mereka yang ingin terus mempertahankan kenangan dan kebahagiaan masa kecilnya. Jadi jangan pukul rata kalau semua orang dewasa yang suka mainan itu karena masa kecil kurang bahagia (MKKB).
Hobi setiap orang itu relatif, tak bisa disamakan
Tak bisa dipungkiri bahwa setiap individu pasti punya hobi masing-masing. Termasuk para orang dewasa yang gemar membeli dan mengoleksi mainan.
Di Indonesia sendiri, komunitas daring pecinta mainan termasuk aktif dan skalanya cukup luas. Beberapa anggotanya pun sering mengadakan gathering untuk saling berbincang mengenai hobi yang sama-sama mereka geluti.
Bahkan kesenangan para kidult akan mainan membawa pengaruh besar terhadap industri mainan. Salah satu artikel CNBC menyebut bahwa kidult menjadi salah satu faktor pendorong utama bagi pertumbuhan industri mainan.
Para kidult menyumbang seperempat dari total penjualan mainan tiap tahun dengan nilai sekitar $9 miliar. Tentunya hal ini membuat para produsen mainan mulai memperluas jangkauan target konsumen mereka. Bahkan banyak pelaku bisnis yang berlomba menciptakan mainan koleksi yang memang ditujukan untuk para kidult.
Penutup
Jadi dapat disimpulkan bahwa fenomena kidult dan Inner Child itu masih bersinggungan. Dalam hal ini Inner Child identik dengan trauma di masa lalu, sedangkan kidult terjadi karena seseorang ingin terus mempertahankan masa kecilnya.
Meski begitu, untuk menjadi seorang kidult yang hobi membeli mainan itu diperlukan beberapa pertimbangan, salah satunya aspek finansial. Karena seperti yang diketahui, bahwa pasar untuk kidult itu memerlukan budget yang lumayan besar.
Belum lagi kebanyakan mainan koleksi itu diimpor langsung dari luar negeri. Sehingga harganya pun tergolong mahal bagi sebagian orang. Namun bagi para kidult, mainan koleksi menjadi mood booster agar mereka menjadi lebih produktif dan giat di pekerjaannya.
Sumber gambar: toku-action-figure-news.tumblr.com
14 comments
Tapi terlepas dari itu, sebenernya saya juga masih sering 'jajan' kadang cuma yang keliatan lucu dan dulu pas kecil ga bisa beli. Even sesimple jepit rambut seribuan,
Setidaknya perempuan Jawa gen x sejak kecil sudah tahu konsep ini sehingga tak pernah gumun.